"Shalawat adalah jembatan hati kita kepada Nabi, juga bentuk rasa syukur atas nikmat panjang umur dan kebersamaan setelah Ramadan,” ujar salah seorang guru.
Acara berlanjut dengan kegiatan Jum’at Berbagi, sebuah program sederhana namun penuh makna: menyisihkan sebagian uang saku untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Tanpa paksaan, para siswa dengan sukarela menyelipkan uang ke dalam kotak donasi yang disediakan. Meski jumlahnya tak seberapa, namun nilai kepeduliannya luar biasa.
“Berbagi bukan soal besar atau kecilnya, tapi soal ketulusan,” ucap salah satu siswa yang ikut menyumbang sambil tersenyum.
Kegiatan ini bukan hanya mengajarkan siswa untuk mencintai Rasulullah lewat shalawat, tapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur: peduli, ikhlas, dan berbagi.
Di tengah dunia yang makin cepat dan individualistik, momen seperti ini menjadi oase – mengingatkan kita bahwa pendidikan sejati tak hanya terjadi di dalam kelas, tapi juga lewat tindakan kecil yang ditanam sejak dini. Dan hari itu, di aula sekolah kami, cinta kepada Nabi dan sesama terasa begitu nyata.
Mari jaga semangat ini. Karena dari hati yang bersih dan tangan yang mau berbagi, masa depan yang lebih baik bisa kita bangun bersama.