Kamis, 17 Juli 2025, mentari belum terlalu tinggi ketika halaman SDN Gapura Barat I sudah dipenuhi keceriaan. Suara musik senam “Anak Indonesia Hebat” mengalun riang, diiringi gerakan lincah siswa-siswi yang berbaris rapi, lebih-lebih siswa-siswi kelas 1. Senyum mereka mengembang, mata mereka berbinar—seakan setiap gerakan menjadi tarian kebahagiaan menyambut hari keempat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Tepat pukul 07.00, siswa-siswa mungil itu memasuki aula dengan tertib lalu berbaris rapi. Suasana hening sejenak saat doa bersama dipanjatkan, menandai awal kegiatan. Meski sudah memasuki hari keempat, semangat mereka tak sedikitpun surut. Wajah-wajah kecil itu tampak antusias saat guru mulai mengenalkan mata pelajaran yang akan mereka temui di kelas 1. Suara riuh pun terdengar ketika mereka berlomba menyebutkan nama-nama mata pelajaran, mulai dari Bahasa Indonesia, Matematika, hingga Seni Budaya dan Prakarya.
Namun, di tengah keasyikan itu, tiba-tiba aula gelap gulita. Listrik padam. Sesaat aula hanya diterangi cahaya redup dari jendela. Tapi, siapa sangka, gelap tak membuat semangat anak-anak padam. Mereka justru menyambutnya dengan gelak tawa kecil, tetap duduk manis, dan mendengarkan guru yang melanjutkan penjelasan dengan suara penuh hangat. Seperti lilin kecil di tengah kegelapan, semangat mereka tetap menyala. Listrik tetap padam hingga waktu istirahat.
Usai istirahat, sesi ice breaking kembali mencairkan suasana. Anak-anak bertepuk tangan, menyanyi, dan tertawa bersama. Energi positif itu kemudian mereka bawa ke sesi mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), yang membantu mereka mengenal sekolah dan teman-teman lebih dekat.
Menjelang pulang, sesi refleksi menjadi penutup manis. Satu per satu siswa berbagi kesan hari itu—tentang mapel baru yang membuat mereka penasaran, tentang aula yang sempat gelap, dan tentang kegembiraan sederhana bersama teman.
Hari pun berakhir dengan langkah-langkah kecil yang penuh sukacita. MPLS hari keempat selesai, meninggalkan jejak pengalaman yang tak terlupakan di hati anak-anak. Di tengah padamnya listrik, mereka telah belajar bahwa semangat dan keceriaan tidak pernah bisa dipadamkan.